Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan nasional Indonesia yang memiliki arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Ungkapan ini bukan sekadar kata-kata indah, melainkan memiliki sejarah panjang yang berakar dari masa kerajaan di Nusantara.
Asal Usul Bhinneka Tunggal Ika
1. Sumber dari Kitab Sutasoma
Bhinneka Tunggal Ika pertama kali muncul dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad ke-14. Kitab ini ditulis pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
2. Makna di Masa Lalu
Pada masa itu, ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan toleransi antara pemeluk agama Hindu dan Buddha yang hidup berdampingan di Majapahit. Mpu Tantular menekankan bahwa meski ajaran agama berbeda, semuanya mengajarkan kebenaran yang sama.
Siapa Pencipta Bhinneka Tunggal Ika?
1. Mpu Tantular: Sang Pujangga Majapahit
Mpu Tantular adalah sastrawan besar Majapahit yang menulis berbagai karya sastra berbahasa Jawa Kuno. Dalam Kitab Sutasoma, ia menggunakan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa” yang berarti “Berbeda-beda tetapi satu juga, tidak ada kebenaran yang mendua.”
2. Pengaruh terhadap Persatuan Bangsa
Meski awalnya bersifat religius, pesan Mpu Tantular melampaui zamannya. Nilai yang ia tanamkan menjadi dasar toleransi dan persatuan di Nusantara.
Perjalanan Menjadi Semboyan Nasional
1. Pengadopsian oleh Pemerintah Republik Indonesia
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia mengadopsi Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan nasional. Ungkapan ini diresmikan sebagai bagian dari Lambang Negara Garuda Pancasila pada tahun 1950.
2. Makna di Era Modern
Kini, Bhinneka Tunggal Ika mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa yang beragam — suku, bahasa, adat istiadat, dan agama — namun tetap satu kesatuan dalam bingkai NKRI.
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad ke-14 di Kerajaan Majapahit. Awalnya dimaksudkan untuk menyatukan pemeluk Hindu dan Buddha, semboyan ini kini menjadi perekat seluruh keragaman bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung di dalamnya masih relevan dan menjadi pedoman kehidupan berbangsa hingga saat ini.